Senin, 11 Januari 2016

ANALISA PROGRAM REVOLUSI MENTAL PRESIDEN JOKOWI

Universitas Gunadarma
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi




Tugas Mata Kuliah
Softskill:
Analisa Program Revolusi Mental Presiden Jokowi

Kelompok I

Anggota:
Achmad Fauzi
Fiqih Fadliki Muslim
Fira Qoriah
Hariyadi
Indra Wisona Hartanto
Iyan Sofi Ansori
Leni Kumalasari
 Ilham Masri
M. Taqwa  Ramdhani
Adjie Dwi Sandy

Kelas : 4 KA 44

Dosen :Derry Mayendra


I. PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat eelang  rajawali berjiwa api yang menyala-nyala.” Itulah adalah gagasan revolusi mental yang pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi sebagai positivisme. Sedangkan jiwa budak, jiwa tidak merdeka, atau jiwa yang tidak ingin maju adalah negativisme. 
Revolusi mental menurut beliau itu adalah revolusi jiwa bangsa dari jiwa budak yang negativisme ke jiwa merdeka yang penuh dengan keunggulan atau positivisme. Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara,  merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.
Lewat gerakan revolusi mental, Presiden Jokowi bertekad membawa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat secara politik,  berdiri di kaki sendiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Pemerintahan Presiden Jokowi berkomitmen untuk jadi pelopor gerakan revolusi mental kepada masyarakat agar menjadi gerakan sosial, karena pelaku revolusi mental adalah seluruh rakyat Indonesia.
Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L). Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara. Setelah pembenahan ke dalam, dilakukan juga pembenahan ke luar lewat edukasi dan keterlibatan masyarakat.
Terdapat 4 poin yang tercantum di dalam revolusi mental meliputi : 

1. Revolusi Keadilan 
Pada tahapan ini, pemerintahan akan melakukan rekontruksi lembaga hukum yang ada di Indonesia supaya menghasilkan produk hukum yang benar-benar adil dan tanpa disisipi unsur korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Revolusi ini diberlakukan untuk menyangkal istilah hukum di Indonesia yang hanya tajam ke bawah dan sangat tumpul ke atas. Dengan kata lain, pemerintahan Jokowi ingin mengembalikan ruh keadilan kepada berbagai lembaga hukum di Indonesia dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan harapan serta cita-cita rakyat Indonesia.

2. Revolusi Pemberantasan Kemiskinan
Kemiskinan yang sudah dialami oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan hasil dari tugas pokok dan fungsi pemerintahan Indonesia yang tidak efisien paska kemerdekaan 1945. Pemandangan dari simbol-simbol kemiskinan di negeri ini semakin tidak mengindahkan dari waktu ke waktu. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya rakyat miskin yang mengalami busung lapar di Papua dan Kalimantan. Infrastruktur pendidikan pun belum termasuk ke skala standar. Revolusi mental disinyalir hadir untuk mengubah kebijakan yang mengakibatkan kemiskinan rakyat menjadi produk kebijakan yang dapat mengangkat harkat serta martabat rakyat indonesia.


3. Revolusi Produksi Industri Kreatif 
Sumber daya manusia Indonesia sebenarnya memiliki potensial tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional, Namun, asumsi tersebut rupanya sering dilupakan oleh pihak pemerintah. Rakyat Indonesia termasuk rakyat dengan multi-kebudayaan sehingga kreatifitas rakyat Indonesia bisa diprioritaskan dengan pembentukan sistem yang memang dikhususkan untuk itu. Misalnya, industri rumah tangga yang sebenarnya dapat membangun perekonomian rumah tangga atau pedesaan dan tidak menutup kemungkinan hasil indsutri rumah tangga tersebut dapat di ekspor. Kebijakan ini dianggap sangat penting untuk diterapkan karena dengan meningkatnya produktifitas rakyat maka akan semakin meningkat pula perekonomian rakyat.

4. Revolusi Pemberantasan Korupsi.
Korupsi ibarat virus yang sudah merasuki para birokrat sehingga tidak heran jika ada Indonesia dianggap seolah-olah melestarikan budaya korupsi. Faktanya, dari pemerintahan satu ke pemerintahan selanjutnya akan selalu diwarnai banyaknya kasus korupsi yang mayoritas dilakukan oleh birokrat kelas atas atau para elit politik. Birokrat seharusnya menjaga amanah yang telah dimandatkan namun hal tersebut rupanya tidak pernah diindahkan. Meskipun tidak semua birokrat yang melakukan korupsi namun kondisi ini tentunya memerlukan ketegasan serta ketelitian yang intensif dari berbagai lembaga pemerintahan ntuk membasmi korupsi di Indonesia secara tuntas dan menyeluruh.

II. KELEBIHAN PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Gerakan revolusi mental berdampak positif terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada beberapa prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat negara dan juga masyarakat.
Pemberantasan ilegal fishing, pengelolaan BBM lebih bersih dan transparan, pembangunan pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara, pembangunan tol trans Jawa, trans Sumatera , dan Kalimantan, adalah sedikit hasil dari kerja keras pemerintah Presiden Jokowi.  Ke depan, gerakan revolusi mental akan semakin digalakkan agar sembilan agenda prioritas pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita bisa terwujud.

III. KEKURANGAN PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Program Revolusi Mental Presiden Jokowi terkesan sebagai produk gagasan politik instan lebih mengemuka, apalagi untuk mengaitkan relevansinya dengan gagasan revolusi Soekarno, cenderung dipaksakan. Sebab gagasan soekarno dan revolusi mental lahir dari cara berpikir yang sangat jauh berbeda. Gagasan Soekarno tentang keberdaulatan politik, ekonomi dan budaya adalah gagasan kompleks untuk melihat keterkaitannya dengan posisi struktural kekuasaan yang bersifat objektif, penghadangan terhadap kapitalisme menjadi gerakan politik struktural hingga politik global. Sedangkan revolusi mental mendisversfikasi objek-objek politik masuk pada tatanan subjek sebagai sebuah kesadaran. Sehingga kata Jokowi ‘’perubahan harus dari diri sendiri, keluarga hingga Negara’’, terkesan sekadar menjadi utopia, gagasan yang umumnya muncul dikalangan parpol agamais, yang ironisnya diadopsi secara politik oleh partai nasionalis. 
Ruang struktural dalam pembacaan Jokowi hanya berada pada ranah demokrasi birokratis, yang mengandalkan ‘’kebaikan-kebaikan moral’’ pejabat sebagai mesin utama bekerjanya visi revolusi mental. Penguatan birokrasi aparatur Negara sudah menjadi mesin politik yang telah dijalankan Jokowi di kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, ini mengesankan bahwa sosok Jokowi lebih cenderung sebagai sosok dengan tipikal pekerja ‘’administratif’’ ketimbang konseptual ideologis. 
Dalam konteks jabatan sebagai RI 1 dengan model pemerintahan desentralisasi (sebagian otonomi), peran politik administratif hingga blusukan menjadi tidak terlalu relevan, pembacaan politik ideologis yang menyeluruh dan global menjadi kebutuhan ketimbang bergelut dengan reformasi aparatur birokrasi internal. 
Jokowi dan Segmen Politik Gagasan yang bertumpu pada analisa moral Jokowi tidak lepas dari posisi politik jokowi. Secara politik Jokowi mengesankan diri berada ditengah-tengah dua poros kekuatan yang bersikukuh antara borjuis dan rakyat kecil (buruh dan pekerja). Sehingga sebagian orang menganggapnya sebagai ‘’borjuis kecil’’ yang bermodalkan populisme sebagai taktik politis para borjuis yang dimunculkan untuk tetap bertahan pada posisi politiknya dimata rakyat yang telah jenuh menelan pahit. Sehingga upaya untuk menunggu gagasan progresif dan radikal sebagai visi politik Jokowi menjadi absurd, sebab hal tersebut dipengaruhi oleh posisi politik dan segmen politik Jokowi. 
Meski Jokowi terkesan lahir dari luar lingkar politik elit, tetapi tak pula ia terkesan lahir ditingkat kelas bawah, posisi sebagai kelas menengah lebih mencolok. Begitupun Kalau kita membaca peta analisa politik diperhelatan gurbernur DKI Jakarta sebelumnya, Jokowi terbilang muncul lewat dukungan kelas menengah dan elit yang dominan, oleh karenaya kebijakan-kebijakan politik Jokowi dominan tak lepas dari eksistensi kelas menengah-elit Jakarta ketimbang merepresentasikan kepentingan kelas buruh dan pekerja. Hal ini dapat dilihat dari linglung-nya Jokowi untuk menentukan sikap politik tegas atas tuntutan-tuntutan buruh yang selalu mengisi perhelatan massa untuk mendapatkan keterbebasan dari penghisapan (may day). Begitupun kebijakan-kebijakan penertiban kota (pasar) yang menjadikannya populis, tak lain merupakan ‘’penggusuran-penggusuran’’’ rakyat kecil yang tampakannya lebih terkesan shaleh ketimbang rezim-rezim yang lain. Memperindah tata ruang kota jauh lebih menjadi kebijakan elitis mercusuar ketimbang menjadi kebijakan popular dimata kelas pekerja dan buruh. Begitupun naiknya harga saham secara drastis atas resminya pencapresan Jokowi sebelumnya, merupakan semiotika penegasan dari popularitas posisi politik Jokowi di mata borjuis, yang tak lepas dari kepentingan survivalitas kepentingan borjuis, kacamata kelas borjuis memposisikan Jokowi sebagai sosok ideal tawar penawar perantara kepentingan, yang bisa lebih mudah untuk menenangkan buruh dan pekerja, berdasarkan kecenderungan politik perasaan yang ‘’dimainkan’’ Jokowi mengantarkannya sebagai figur populis.

IV. PELAKSANAAN PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Adapun pelaksanaan program revolusi mental harus didukung oleh  8 Prinsip revolusi mental yaitu :
1. Revolusi Mental adalah gerakan sosial untuk bersama-sama menuju Indonesia yang
        lebih baik.

2. Harus didukung oleh tekad politik (political will) Pemerintah
3. Harus bersifat lintas sektoral.
4. Kolaborasi masyarakat, sektor privat, akademisi dan pemerintah.
5. Dilakukan dengan program “gempuran nilai” (value attack) untuk se
        nantiasamengingatkan
        masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik.

6. Desain program harus mudah dilaksanakan (user friendly), menyenangkan (popular)
        bagi
        seluruh segmen masyarakat.

7. Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik
        (sosial)
        bukan moralitas privat (individual).

8. Dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.

Kemudian didukung oleh nilai-nilai strategis revolusi mental diantaranya :
a. Integritas

  • Kewargaan 

Contoh  Perilaku : Bersih, Antri, Hak disable, Hak pejalan kaki, Aman berkendara.

  • Dapat Dipercaya

Contoh  Perilaku : Anti memberi dan menerima Suap.

b. Etos Kerja

  • Profesional

Contoh  Perilaku : Cepat tanggap, tepat waktu, tidak menunda pekerjaan.

  • Mandiri

Contoh  Perilaku : Cinta produk Indonesia

  • Kreatif

Contoh  Perilaku : Melakukan inovasi, Anti mencontek, life-long learning

c. Gotong – Royong

  • Saling Menghargai

Contoh  Perilaku : Sopan santun, Menerima perbedaan, Anti kekerasan, Anti Diskriminasi, kasih sayang.

  • Gotong Royong

Contoh  Perilaku : Tolong menolong, kerja sama, kerelawanan.

Adapun siapa penggerak revolusi mental adalah  pemerintah , pengusaha, budayawan, tokoh agama , akademisi, dan terakhir  yaitu kita seluruh bangsa Indonesia.
Revolusi Mental bukan slogan, bukan basa-basi tetapi aksi, untuk mengkomunikasi ide-ide kreatif, untuk membuat aksi yang bisa mendorong masyarakat sekitar kita untuk mengubah kebiasaan yang buruk dan menggantikannya dengan yang positif, kreatif dan bermanfaat. Beberapa aksi diantara sebagai berikut :
1. Bersih Indonesiaku
    Yuk, buat Indonesia bersih! Bawa kantong sampahmu sendiri, buang sampah
    ditempatnya,
    ingatkan mereka yang masih buang sampah sembarangan.

2. Indonesia Ramah Pejalan Kaki
    Jalan kaki itu sehat, lho. Tapi sayang sarana untuk pejalan kaki masih sedikit ya
    Pemerintah
    sedang membenahi fasilitas untuk pejalan kaki bekerjasama dengan swasta juga.

3. Indonesia Bisa Antre
    Tertib, tertib, tertib. Kata yang terasa jadi sekadar jargon, ya? Antre, yuk! Hargai diri
     sendiri dan orang lain dan mengatur diri sendiri agar mengantre pada tempatnya.


Daftar Pustaka 

1. http: //www.infopublik.id 
2. http://www.kompasiana.com
3. Revolusi Mental. “8 Prinsip Revolusi Mental”.11 Januari 2016.
    http://revolusimental.go.id/tentang-gerakan/8-prinsip-revolusi-mental.html.

4. Revolusi Mental. “Nilai - Nilai Strategis Revolusi Mental”.11 Januari 2016.
    http://revolusimental.go.id/tentang-gerakan/nilai-nilai-strategis-revolusi-mental.html.

5. Revolusi Mental. “Siapa Penggerak Revolusi Mental”.11 Januari 2016.
    http://revolusimental.go.id/tentang-gerakan/siapa-penggerak-revolusi-mental.html.


6. Revolusi Mental. “Aksi”.11 Januari 2016. http://revolusimental.go.id/aksi/.


Rabu, 28 Oktober 2015

Migrasi

Universitas Gunadarma
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi 


  


Tugas Mata Kuliah
Softskill:
Migrasi

Kelompok I

Anggota
:
Achmad Fauzi


Fiqih Fadliki Muslim


Fira Qoriah


Hariyadi


Indra Wisona Hartanto


Iyan Sofi Ansori


Leni Kumalasari


Ilham Masri


M. Taqwa  Ramdhani


Adjie Dwi Sandy

Kelas
:
4 KA 44

Dosen
:
Derry Mayendra


Apa itu migrasi ?
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain. Arus migrasi ini berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Namun, pendapatan yang dimaksud bukanlah pendapatan aktual, melainkan penghasilah yang diharapkan (expected income). Kerangka Skematik ini merupakan aplikasi dari model dekskripsi Todaro mengenai migrasi. Premis dasar yang dianut dalam model ini adalah bahwa para migran mempertimbangkan dan membandingkan pasar-pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka disektor pedesaan dan perkotaan, serta memilih salah satunya yang dapat memaksimumkan keuntungan yang diharapkan. Besar kecilnya keuntungan yang mereka harapkan diukur berdasarkan besar kecilnya selisih antara pendapatan riil dari pekerjaan dikota dan didesa, angka tersebut merupakan implementasinya terhadap peluang migran untuk mendapatkan pekerjaan dikota.
Alasan terjadinya dipengaruhi beberapa faktor.  Berikut beberapa faktor-faktor pendorong terjadinya migrasi di daerah asal :
Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas barangbarang tertentu yang bahan bakunya makin sulit diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
1.      Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal akibat masuknya teknologi  yang menggunakan mesin-mesin.
2.      Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal.
3.      Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal.
4.      Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karir pribadi.
5.      Bencana alam, baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
Kebanyakan migrasi dilakukan guna mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik lagi dibanding daerah asal. Selain faktor pendorong yang menyebabkan maraknya migrasi daerah tujuan juga mengambil bagian yang penting sebagai salah satu faktor terjadinya migrasi. Berikut beberapa faktor-faktor penarik yang mendorong terjadinya migrasi :

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan   pekerjaan yang cocok.
1.   Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik
2.   Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
3.      Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya : iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.
4.      Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung
5.      Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa faktor pendorong dan penarik merupakan faktor utama yang menyebabkan migrasi. Rata-rata migrasi disebabkan oleh keadaan ekonomi di daerah asal yang sangat tidak mendukung. Oleh sebab itu, migrasi dijadikan harapan baru dalam meningkatkan kesejahteraan mereka.
Selain ada faktor pendorong dan penarik, ada juga faktor penghambat yang menjadi kendala dalam kegiatan ini. Faktor-faktor penghambat ini bisa berupa penolakan atas kedatangan orang lain di daerah mereka sampai pada tahap melakukan isolasi terhadap daerahnya. Serta pikiran yang takut akan pengambil alihan hasil sumber daya yang ada kepihak lain. Di masyarakat yang tradisional sumber daya merupakan warisan dari nenek moyang mereka yang harus di jaga dan di rawat dengan baik. Karena masih percaya akan kutukan dari nenek moyang. Di tandai dengan masih adanya istilah tanah adat dalam suatu daerah yang mesti dijaga. Bagi daerah yang seperti ini sangat sulit sekali adanya orang asing masuk kedaerah tersebut.

Tetapi untuk saat ini, semua daerah bebas di masuki oleh orang lain asalkan mereka tetap mengikuti tata aturan yang berlaku dikalangan masyarakat. Keterbukaan ini telah membuat terjaadinya alih teknologi yang dibawa pendatang kedaerah tersebut.
 Manfaat dan Kerugian dari Migrasi
Manfaat migrasi diantaranya:
1.pemerataan penyebaran penduduk dan keseimbangan penduduk,
2.pemerataan lahan pertanian dan perkebunan
3.pemerataan pembangunan di setiap daerah
4.mempertebal rasa persatuan dan kesatuan.
5.pertukaran pengetahuan antara penduduk asal dan pendatang.
Selain memberikan manfaat, migrasi dapat pula memberi kerugian terutama migrasi dari desa ke kota (urbanisasi). Kerugian itu antara lain:
1.      Perkembangan desa akan terhambat karena kehilangan tenaga-tenaga produktif.
2.      Tingkat pengangguran di kota semakin tinggi karena mereka datang tidak dengan keterampilan yang cukup.
3.      Memunculkan daerah-daerah kumuh di perkotaan.
4.      Menimbulkan potensi kriminalitas karena desakan ekonomi
Dampak Migrasi Penduduk
Migrasi penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau internasional masing-masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap daerah asal maupun daerah tujuan.
a.       Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
-          Dampak Positif Imigrasi
5.      Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli
6.      Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan
7.      Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih teknologi
8.      Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa

-          Dampak Positif Emigrasi
1.         Dapat menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata uang asing
2.         Dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri, terutama orang yang belajar ke luar negeri dan kembali ke negara asalnya
3.         Dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain

b.      Dampak Positif Migrasi Nasional antara lain :
-          Dampak Positif Transmigrasi
1.      Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama transmigran
2.      Dapat memenuhi kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan transmigrasi
3.      Dapat mengurangi pengangguran bagi daerah yang padat penduduknya
4.      Dapat meningkatkan produksi pertanian seperti perluasan perkebunan kelapa sawit, karet, coklat dan lain-lain
5.      Dapat mempercepat pemerataan persebaran penduduk

-          Dampak Positif Urbanisasi
1.      Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota
2.      Mengurangi jumlah pengangguran di desa
3.      Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
4.      Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
5.      Perekonomian di kota semakin berkembang

c.       Dampak Negatif Migrasi Internasional antara lain :
-          Dampak Negatif Imigrasi .
1.      Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
2.      Imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan lain-lain.


-          Dampak Negatif Emigrasi
1.   Kekurangan tenaga terampil dan ahli bagi negara yang ditinggalkan
2.   Emigran tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya.

d.      Dampak Negatif Migrasi Nasional antara lain :
-          Dampak Negatif Transmigrasi
1.      Adanya kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan para transmigran
2.      Terbengkalainya tanah pertanian di daerah trasmigrasi karena transmigran tidak betah dan kembali ke daerah asalnya
-          Dampak Negatif Urbanisasi
1.      Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa
2.      Produktivitas pertanian di desa menurun
3.      Meningkatnya tindak kriminalitas di kota
4.      Meningkatnya pengangguran di kota
5.      Timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan
6.      Lalu lintas di kota sangat padat, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Stategi atau usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam migrasi penduduk :

Migrasi Penduduk Nasional
Usaha yang dilakukan dalam mengatsi migrasi penduduk lebih menekankan pada dampak migrasi yang bersifat negatif. Beberapa usaha pemerintah untuk menanggulangi permasalahan migrasi, adalah sebagai berikut :
1.      Persebaran pembangunan industri sampai ke daerah-daerah.
2.      Peningkatan pendapatan masyarakat desa melalui intensifikasi dan Koperasi Unit Desa.
3.      Pembangunan fasilitas yang lebih lengkap seperti pendidikan dan kesehatan.
4.      Pembangunan jaringan jalan sampai ke desa-desa sehingga hubungan antara desa dan kota menjadi lancar.
5.      Meningkatkan penyuluhan program Keluarga Berencana untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan



Migrasi Penduduk Internasional.
Strategi kebijakan migrasi merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi. Upaya-upaya tersebut adalah:
1.      Menjalin komunikasi yang lebih intensif antara penduduk kedua negara untuk menghindari terjadinya benturan budaya.
2.      Memberikan peralatan yang lebih baik kepada calon emigran agar mereka menjadi emigran yang baik di Negara tujuan sehingga bisa mencegah terganggunya hubungan baik di antara kedua Negara.
3.      Meningkatnya pemeriksaan kesehatan dan melakukan karantina bagi para calon emigran guna mencegah mewabahnya penyakit tertentu di Negara tujuan para emigran.
4.      Pemeriksaan yang lebih intensif terhadap para calon emigran, baik sebelum berangkat dari Negara asal maupun saat datang di negaratujuan untuk mencegah terjadinya peredaran barang-barang haram.

Contoh kasus migrasi
Kota-kota besar di Indonesia - seperti Jakarta - akan menghadapi persoalan bertambahnya penduduk akibat migrasi dari desa ke kota. Migrasi tersebut sebagai akibat ajakan dari mereka yang selama ini sudah bekerja di kota kepada mereka yang berada di desa. Ajakan tersebut berhasil karena dua faktor yaitu faktor penarik dan faktor pendorong.
Faktor penarik berupa daya tarik ekonomi dari kota seperti: memberikan pendapatan lebih besar daripada di desa. Sedangkan faktor pendorong berasal dari desa antara lain makin sedikitnya lapangan pekerjaan di desa akibat konversi lahan dari sawah ke perumahan dan industri yang terjadi secara besar-besaran. Bertambahnya penduduk kota setelah lebaran akibat ”migrasi ajakan” ini tentu akan makin menambah besar dan padatnya penduduk kota. Padahal selama ini pun di samping migrasi yang bersifat tetap, kota-kota besar sudah menghadapi masalah berupa migrasi sirkuler atau penglaju. Sebagai contoh Jakarta, penduduk malamnya (atau penduduk tetapnya) berjumlah 9,5 juta jiwa. Tetapi penduduk siang (ditambah dengan para penglaju) bisa mencapai 12 juta jiwa. Para penglaju ke Jakarta tersebut berasal dari wilayah sekitarnya yaitu : Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Bagaimana cara untuk mengatasi terus mengalirnya penduduk dari desa ke kota pasca lebaran maupun yang bersifat penglaju ?
Menerapkan kebijakan kota tertutup seperti pernah diterapkan oleh Ali SAdikin – Gubernur DKI dahulu- jelas tidak efektif. Oleh karenanya satu-satunya jalan adalah menyebarkan kegiatan ekonomi supaya jangan terkonsentrasi di kota-kota besar saja. Khusus untuk Jakarta memang pernah ada usul untuk memindahkan saja ibukota RI dari Jakarta ke kota lain. Tetapi mungkin hal itu akan terlalu mahal. Yang lebih murah adalah memindahkan fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional. Banyak negara memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat  bisnis / ekonominya. AS memiliki pusat pemerintahan di Washington DC tetapi pusat bisnisnya di New York. Australia memiliki pusat pemerintahan di Canberra tetapi pusat bisnisnya di Sidney.
Sedangkan kebijakan bagi kota-kota lain di Indonesia adalah membatasi perkembangan kota lewat penerapan rencana tata ruang yang tegas, menghapus kebijakan-kebijakan yang bias terhadap kota, membangun infrastruktur di pedesaan, dan mengkaitkan kegiatan ekonomi kota dengan desa misal: kegiatan agribisnis di kota yang mengolah hasil dari desa atau pengembangan paket wisata yang lokasinya menghubungan kota dan desa.



DAFTAR PUSTAKA



1.      Wikipedia, “Migrasi Manusia” . 21 Oktober 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi_manusia
2.      Rullyanda, Dody. “Faktor Pendorong Migrasi, Macam-macam Migrasi dan Manfaat Migrasi” . 21 Oktober 2015 http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/2015/05/faktor-pendorong-migrasi-macam-macam.html
3.      Lucy Stefani, Delfi . “Makalah Analisis Kependudukan Migrasi “ . 21 Oktober 2015 https://delfistefani.wordpress.com/2012/12/10/makalah-analisis-kependudukan-migrasi/
4.      e-dukasi.net, Tim , “Dinamika Penduduk dan Unsur-Unsurnya” . 21 Oktober 2015 http://genius.smpn1mgl.sch.id/file.php/1/ANIMASI/ekonomi%20dan%20Sosial/Dinamika%20Penduduk%20dan%20Unsur-Unsurnya/materi5.html

5.      Nugroho SBM, Staf Pengajar FE dan Peneliti pada Pusat Studi Dampak Kebijakan Undip Semarang serta alumnus S2 Planologi ITB. 21 Oktober 2015 http://nugroho-sbm.blogspot.co.id/2010/10/migrasi-setelah-lebaran.html